KAJIAN PENINGKATAN KANDUNGAN AEROSOL STRATOSFER AKIBAT LETUSAN GUNUNG BERAPI
Abstract
Indonesia memiliki 82 gunung berapi aktif yang berjejer di sepanjang Pulau Sumatera hingga Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Halmahera, letusannya berpotensi menyemburkan aerosol hingga ke stratosfer jika terjadi letusan, dan dapat terdistribusi ke tempat yang jauh dan luas mengikuti sirkulasi global. Tulisan ini disusun untuk mengkaji peningkatan aerosol stratosfer sebagai dampak dari beberapa letusan gunung berapi baik yang berada di Indonesia maupun di luar Indonesia. Salah satu dampak debu dan aerosol gunung berapi adalah menahan laju sinar matahari sehingga terjadi pendinginan global. Hal ini pernah terjadi pada tahun 1816, yaitu satu tahun setelah terjadi letusan Gunung Tambora (1815), sehingga tahun 1816 disebut sebagai year without summer. Letusan Gunung Merapi (2010) dan Kelud (2014) juga menghasilkan debu dan aerosol vulkanis yang menyebar hingga ratusan km dari pusat letusannya. Selain menahan pancaran sinar matahari dan menyebabkan pendinginan global, aerosol vulkanis juga dapat bereaksi dengan oksigen dan uap air membentuk aerosol sulfat yang berdampak pada hujan asam. Peningkatan kandungan aerosol stratosfer dipercaya akan memberikan dampak jangka panjang terhadap iklim di Indonesia secara khusus, atau iklim dunia secara global.
Full Text:
UntitledRefbacks
- There are currently no refbacks.